Disclaimer: Tulisan ini sepenuhnya adalah pengalaman pribadi penulis. Untuk yang ingin tahu lebih mendalam tentang beberapa tempat yang akan disebutkan di bawah, maka dipersilahkan untuk mencari referensi lain sebanyak-banyaknya yaaaa. 🙂
![]() |
|
💞 |
Baiklah, aku lanjut saja yah. Terhitung tanggal 21, trip aku dan kawan-kawan dimulai. Tujuan kami hari itu, yang bertepatan dengan hari Jumat adalah Candi Prambanan. Pada kesepakatan awal kami agendakan berangkat pagi-pagi sekitar pukul 9. Ternyata mungkin karena hawa mager menghantui, akhirnya kami baru selesai bersiap untuk berangkat pukul 10. Ini juga diputuskan berdasarkan kesepakatan lho, kesepakatan untuk ngaret. Hahaha.
Oya, kita di sana touring pakai motor sewaan. Satu motor ditarif 70rb perhari, dipinjami 2 helm dan satu jas hujan ponco dengan dua lubang kepala. Tuh detail banget kan gue mah. Namanya Rogo Transport kalau indak salah ya. Perlu kutulis di sini ndak kontaknya?
Okeh iklannya kita sekip dulu gaes. Jadi akhirnya karena ke-ngaret-an kita. Juga perjalanan yang hanya bermodalkan tekad baja buat jalan-jalan dan gugel maps. Aku sih yang sering kesasar, ketinggalan mulu. Kzl, padahal akutu udah ngimbangin mereka. Aku aja kalau bawa motor udah ngebut, kebayang lah mereka secepat apa. Ditambah lagi di Jogja tuh di jalan kampung aja ada lampu merah tjuy. Meskipun di depan-kanan-kiri gada motor yang jalan, semua pengendara patuh sekaleh *standing applause*. Singk
at cerita, kita akhirnya sampai di Prambanan pas adzan Zuhur.Sambil nunggu mau ke masjid yang penuh karena dipakai untuk shalat Jumat, ternyata perut sudah meronta-ronta. Mampirlah kita ke rumah makan di samping pintu masuk Prambanan. Tongseng sapi, apa ya nama rumah makannya? Lupa. Pokoknya di depannya itu ada patung kepala sapi gitu yang terpotong plus ada cat darahnya gitu. Haha. Enak rasa tongsengnya kok. Ya untuk harga ga bisa dibilang murah juga sih. Karena kan ini di kota ya. Standarlah, dibawah 20 ribu sudah plus nasi dan es teh manis.
![]() |
yang jauh mendekat, yang dekat merapat~ |
Pertama kali masuk, karena di sana tempatnya termasuk dataran tinggi, hawa sejuk langsung menelusup masuk. Banyak tempat yang ikonik, kalau buat foto-foto bagus deh. Begitu menapak kaki di candi Boko, ah penyesalanku sih. Tidak menemukan papan tentang kisah dari candi ini. Kan lumayan buat nambah pengetahuan, kalau begini kan jadinya aku searching aja deh di gugel. Apa aku yang carinya kurang detil yak? Satu kata ketika aku di sana adalah, LUAS pake banget. Pengunjung hari itu lumayan sih, mungkin akan jauh lebih ramai begitu memasuki waktu matahari terbenam.
![]() |
|
yang depan lagi gandengan, aku lagi bawa gendongan (tas) hahaha |
Sepi, itu sih yang aku rasakan ketika di sana. Akupun masih mencium bau ‘kemenyan’ atau ‘hio’ di beberapa tempat di sana. Maybe karena ini masih dipakai tempat ibadah atau apapun lah yaaa aku tak tahu juga.
Merasa sudah cukup puas (red: letih) berjalan-jalan mengelilingi Boko. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Prambanan naik elf dan berkeliling (lagi) di sana.
Ketika di Prambanan, kami berpisah. Berbeda tujuan muter-muternya. Aku berdua dengan Opi melanjutkan untuk berkeliling berdua. Hunting foto, dia sih yang hunting, aku follower aja.
![]() |
terharu bisa berada di sini~ |
![]() |
sampai jumpa lagiiiiiii~ |
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal~
Lanjutan kisah ini bisa simak link di bawah ini:
1. My Trip My Tadabbur – Jogjakarta Part 4
Cerita sebelumnya:
1. My Trip My Tadabbur – Jogjakarta Part 1